Sabtu, 11 Oktober 2014

Paulo Sitanggang, Sosok Pembeda Garuda Jaya


Dalam partai perdananya di Grup B Piala Asia U-19, tim nasional Indonesia U-19 sudah harus menelan kekalahan dari Uzbekistan U-19, lewat skor yang cukup menyakitkan 3-1, di stadion Thuwunna, Jumat (10/10).

Tampil begitu gugup di babak pertama, Evan Dimas cs menerima konsekuensi dengan tertinggal dua gol tanpa balas. Mampu memperbaiki penampilan di paruh kedua, kekalahan tak dapat dielakkan hingga laga berakhir 3-1 untuk sang lawan yang dijuluki Serigala Putih.

Deretan fakta buruk terkait performa timnas U-19 dalam laga tersebut, jadi dasar raihan hasil negatif. Namun tak melulu segalanya harus diratapi dengan kepiluan. Secercah cahaya hadir lewat pancaran sinar seorang Paulo Oktavianus Sitanggang.

Baru masuk di menit ke-55 untuk menggantikan posisi Zulfiandi, Paulo tampil begitu eksplosif hingga permainan timnas U-19 jadi lebih hidup. Ia pun nyaris memberi asa raihan poin, tatkala gol spektakulernya dari jarak 30 yard sukses memperkecil ketertinggalan menjadi 2-1.

Meski Garuda akhirnya gagal terbang di laga perdana, berkat performa dan gol-nya, kontan nama Paulo begitu dieluk-elukkan masyarakat tanah air. Pemuda berusia 18 tahun itu lantas dijagokan untuk masuk starting XI dalam partai hidup-mati kontra Australia, Minggu (12/10).

Tak mudah bagi seorang Paulo Sitanggang untuk bisa sampai ke level ini. Perjalanan panjang dan ekstra keras harus dilalui gelandang kelahiran Deli Serdang, 17 Oktober 1995 tersebut. Mulai merintis karier sepakbolanya di Sekolah Sepakbola (SSB) Kurnia Medan. Ia lantas hijrah ke SSB yang dipimpin oleh ayahnya sendiri, Maringan Sitanggang, yakni Surya Putra Mariendal Medan.

Jalan gemilang ia tapaki dengan terpilih sebagai 18 pemain muda terbaik hasil seleksi, AC Milan Junior Camp, pada 2011. Namun cobaan menghadang melalui cedera, hingga dirinya gagal mengikuti turnamen di Italia. Paulo putus asa? Tidak sama sekali.

Paulo malah semakin terpacu untuk menjadi seorang pesepakbola profesional. Saat kelas dua SMA ia rela meninggalkan orang tuanya demi meraih impian, dengan menerima tawaran Jember United. Tak lama setelah bergabung, dirinya kemudian terpilih dalam seleksi 20 pemain timnas U-19, untuk berjuang di Piala AFF U-19 2013.

Meski lebih sering memulai laga dari bangku cadangan, peran krusial Paulo begitu terasa hingga akhirnya timnas U-19 sukses menjuarai tunamen tersebut. Namanya tetap dipercaya Indra untuk terus bergabung dengan tim, pasca kesuksesan yang diraih.

Namun masalah kembali hadir ketika dirinya sulit untuk menembus tim utama. Hal itu terjadi karena adanya tiga serangkai yang sudah amat padu di lini tengah, yakni Muhammad Hargianto, Zulfiandi, dan Evan Dimas. Paulo baru jadi pilihan jika salah satu dari ketiga nama itu absen.

Lagi-lagi, putus asa tak ada dalam kamus seorang Paulo. Dalam pemusatan latihan yang digelar timnas jelang bertolak ke Myanmar untuk Piala Asia U-19, tak bisa dimungkiri jika pemain yang kabarnya sudah dikontrak Mitra Kukar ini merupakan salah satu sosok yang paling cepat perkembangannya.

Titik balik Paulo ada pasca timnas U-19 rampung melakoni tur Timur Tengah. Si No.17 jadi lebih tenang, lebih berani, dan secara teknis meningkat begitu pesatnya. Tak heran jika Indra kemudian sering memasangnya dalam skema sebelas awal sebagai pendamping Evan Dimas, entah itu dalam laga uji coba atau hanya dalam latihan.

"Paulo membuat kami sebagai tim pelatih agak bingung dalam menempatkkannya di sebelas awal," tutur Indra menyoal status yang dimiliki Paulo.

Puncak performanya muncul saat hadapi Uzbekistan U-19 kemarin. Ia mampu hadir sebagai sosok pembeda di tengah kelesuan perjuangan Garuda Jaya. Kini sampai di level yang lebih tinggi dan situasi yang lebih pelik, mampukah Paulo jadi bintang saat hadapi Australia?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar